top of page

We Are Marshall: Sepotong Sejarah Kota Huntington


(sumber gambar: fanpop.com)

We Are Marshall merupakan film biografi olahraga tahun 2006 karya sutradara McG, yang telah dikenal melalui dua film sebelumnya yaitu dua film Charlie’s Angels. Film ini dilatarbelakangi oleh kecelakaan tim American football dari Marshall University, yaitu Marshall Thundering Herd, yang bermarkas di kota Huntington, West Virginia. Di sepanjang film ini, diceritakan kisah bagaimana Marshall Thundering Herd tetap bertahan setelah kecelakaan tersebut hingga perjuangan mereka untuk tetap bermain di kompetisi American football antaruniversitas Amerika Serikat bersama pelatih kepala baru mereka yang penuh akan segudang harapan, Jack Lengyel (Matthew McConaughey).


Kalau Anda mencari film yang akan memanjakan Anda melalui unsur mise-en-scène atau sinematografi, mungkin film ini tidak akan begitu memenuhi ekspektasi Anda. Teknis visual tidak ada yang begitu spesial, kecuali di akhir-akhir film dimana penonton dapat dibuat merasakan detik-detik akhir pertandingan melalui editing slow motion dan scene-scene flashback yang diedit secara bergantian dengan cepat. Namun, teknis visual yang terlihat sebenarnya cukup membantu jalannya alur cerita sepanjang film ini untuk tersampaikan kepada penonton. Dari hal yang sederhana, latar film yang diatur dengan baik sehingga menyerupai suasana tahun 1970an (waktu saat kejadian nyata tersebut terjadi) melalui bangunan yang digunakan, properti televisi dan radio, hingga kostum para tokoh mampu mengajak para penonton kembali ke masa lalu. Pewarnaan film yang didominasi oleh warna hijau (warna kebanggaan Marshall University dan Marshall Thundering Herd) dan dicampur dengan warna kuning kemerahan serta sedikit warna biru tua (yang menimbulkan suasana sendu akan para korban kecelakaan) juga semakin memperkuat simpati penonton akan apa yang terjadi di masa lampau.


Film yang berdurasi 131 menit ini sebenarnya memiliki banyak tokoh di dalamnya, wajar saja sebab film ini menceritakan sepotong sejarah dari sebuah kota bernama Huntington beserta para warganya yang beraneka ragam. Sulit sepertinya untuk menuangkan keanekaragaman tersebut ke dalam film, tetapi nyatanya McG berhasil mengangkat hal tersebut ke dalam karya besutannya melalui karakter tiap-tiap tokoh yang begitu melekat kuat. Sebut saja pelatih kepala Jack Lengyel yang begitu optimis dan cukup humoris, asisten pelatih Red Dawson (Matthew Fox) dan kapten tim Nate Ruffin (Anthony Mackie) yang selalu terkenang akan rekan-rekan mereka yang turut wafat dalam kecelakaan tersebut, rektor Donald Dedmon (David Strathairn) yang selalu bekerja keras demi mengusahakan yang terbaik untuk Marshall University, serta Paul Griffen (Ian McShane) dan Annie (Kate Mara) yang terus berduka akan kepergian orang yang mereka cintai. Tentu saja karakter tiap tokoh yang dapat kita lihat secara mudah ini tidak terlepas dari acting tiap aktor dan aktris (ngomong-ngomong, saya sih sangat suka akan acting humoris khas McConaughey, yang telah beken dengan film Contact-nya, sebagai Jack Lengyel) serta dialog yang mereka ucapkan. Jamie Linden begitu apik dalam menulis script film ini, sebab setiap dialog yang diucapkan mampu menarik hati para penonton semakin jauh ke dalam film ini. Contoh saja, pidato prapertandingan Lengyel sebelum melawan Xavier University yang mengharukan serta menggugah semangat para pemain (juga para penonton tentunya), curhatan Nate kepada Tom (Brian Geraghty) dan Red yang penuh memori dan kesedihan, serta hardikan emosional Red kepada Nate pada latihan seusai pertandingan melawan Morehead State Eagles.


Menurut saya, apa yang menjadi keunggulan tertinggi dari film ini terletak pada alur ceritanya. Film ini menyuguhkan alur kronologis (sebagaimana film historis pada umumnya), mulai dari tragedi kecelakaan, proses pemilihan pelatih kepala baru, proses perekrutan anggota tim baru, saat latihan para anggota tim baru, hingga saat game day. Setiap fase tersebut disajikan with its own tosses and turns of emotions. Nah, inilah mengapa kekuatan karakter dari setiap tokoh berperan begitu penting, sebab setiap tokoh (beserta sifatnya) memiliki peran yang dominan dalam setiap fase (misalnya peran Lengyel yang menonjol pada fase perekrutan anggota tim baru dan saat latihan, atau peran para anggota tim yang menonjol pada saat latihan dan game day). Hal ini membuat para penonton tidak bosan-bosannya mengikuti alur cerita film ini. Selain itu, musik yang diatur oleh komposer Christophe Beck mampu mendukung setiap transisi emosi dalam film ini melalui musik dari instrumen brass untuk momen yang mengharukan, musik rock yang memompa semangat latihan, hingga tabuhan drum khas pertandingan American football saat game day.


Film We Are Marshall memberi kita sebuah sejarah, sebuah kisah nyata. Sejarah tersebut bukan semata-mata hanya sejarah akan tim Marshall Thundering Herd, tetapi lebih dari itu, juga sejarah akan kota Huntington sendiri beserta para warganya. Tidak hanya tentang olahraga beserta politiknya, tetapi juga kisah cinta, kisah kekeluargaan, hingga dukungan kota akan tim kebanggaan mereka yang terletak pada surat kabar mampu membuat penonton merasakan sakitnya tragedi yang menimpa mereka, namun juga mampu membuat penonton merasakan kebanggaan akan kebangkitan dari tragedi tersebut, kebanggaan dari “from the ashes we rose.” Film ini dapat membuat penontonnya merasa menjadi bagian dari Marshall Thundering Herd, bagian dari Marshall University, hingga bagian dari komunitas kota Huntington, serta mampu mengajak penonton untuk mengenang mereka yang sepantasnya dikenang, dan mampu mengajak para penonton untuk mengepalkan tangan sambil meneriakkan dengan lantang: “we are Marshall!


Trailer:

bottom of page